Spirit of 2005 - PSIM Jogja 2019 Home Jersey

Hampir seluruh level kompetisi liga 2019 di Indonesia telah rampung. Nah sambil kita menunggu rilisan jersey-jersey terbaru di 2020, mari kita simak beberapa jersey yang sayang untuk kita lewatkan di 2019 ini. Cerita Jersey akan mengangkat beberapa jersey yang masuk di kategori #JerseyJawara, yaitu jersey-jersey yang dikenakan para juara Liga Indonesia 2019 di berbagai level kompetisi, lalu kategori #ParaPendiri yang mengangkat jersey-jersey klub para pendiri PSSI di 2019, dan beberapa jersey lainnya yang menarik dari sisi desain maupun ceritanya.
Nah edisi kali ini kita mengangkat jersey salah satu pendiri PSSI, yaitu PSIM Jogja. Klub ini berkompetisi di Liga 2 2019 dan sayangnya gagal lolos ke babak 8 besar setelah hanya menempati peringkat 7 klasemen akhir Wilayah Timur. PSIM berdiri pada 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepak Raga Mataram dan baru pada 27 Juli 1930 berubah namanya menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM). Nama Mataram digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram. PSIM berperan dalam terbentuknya organisasi induk sepakbola Indonesia yang diberi nama PSSI (Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia) pada tahun 1931. Photo by: @psimjogja
Jersey PSIM di musim 2019 ini mengusung tema Spirit of 2005, dimana pada tahun tersebut, PSIM berhasil promosi ke Divisi Utama dan meraih gelar juara Divisi I PSSI. Hal ini terlihat jelas dari desain jersey home 2019-nya yang berupa tribut ke jersey home musim 2005 dengan peletakan logo klub di bagian tengah. Tidak ada lagi warna kuning seperti pada musim sebelumnya. Dengan kata lain, musim ini PSIM kembali lagi ke warna tradisionalnya, dominan biru dengan kombinasi warna putih. Jersey ini didesain oleh Dimas Kelvin, yang juga mendesain jersey klub Bogor FC pada tahun 2018 lalu. Alhasil, dengan merujuk ke tahun 2005 tadi, maka kesan retro dari jersey ini pun cukup terasa. Walau begitu, bukan berarti tidak ada sentuhan "masa kini" untuk jersey terkait. Motif batik parang yang sudah identik dengan PSIM di beberapa musim terakhir juga masih disisipkan dalam jersey home ini.
Jersey PSIM ini bisa diperoleh di official store klub, baik melalui pembelian online maupun offline. Tidak hanya dewasa, PSIM Jogja pun menyediakan jersey ini untuk ukuran anak-anak. Jersey dikemas dalam plastic bag dan tas kresek bertuliskan official merchandise PSIM.
Mengikuti tren klub bola Indonesia saat ini, PSIM menjadi klub terkini yang juga menggunakan self apparel untuk produksi jerseynya. Meski begitu, kualitasnya tidak kalah apik lho. Logo klub yang berada di tengah ini bermaterialkan TPU. Bicara soal logo, logo yang digunakan PSIM ini merupakan logo ke-4, yang mana desainnya cukup berbeda dengan desain awalnya. Namun unsur-unsur di dalamnya tidak berubah seperti adanya bola dan Tugu Jogja. Cerita menarik mengenai logo ini adalah adanya unsur keraton yang sangat kental dengan PSIM. Seperti dikutip di Radar Jogja, logo PSIM mengambil filosofi dari Sengkalan. Julukan PSIM, "Naga Jawa" berasal dari rumusan Sengkalan ini atau Candrasengkala. Tahun lahirnya PSIM, 1929 di tahun Masehi atau 1860 di kalender Jawa identik dengan Tahun Naga. Simbol Naga Jawa ini banyak ditemui di gapura dan pintu masuk bangunan Keraton, seperti di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tamansari.
Semenjak Bambang Susanto menjadi CEO PSIM Jogja di awal musim 2019, terdapat beberapa sponsor yang masuk ke klub, seperti Parkee, Smartfren, Centre Park, dan Tolak Angin. Tentunya sponsor musim sebelumnya, ReneSola bertahan dan tetap terpampang logonya di bagian depan jersey. Logo-logo sponsor ini berupa printing polyflex.
Di bagian bahu jersey yang bermodel raglan ini, terdapat sublimasi motif batik parang. Motif ini sudah identik dengan PSIM sejak pertama kali diterapkan pada jersey klub di musim 2006 saat masih disupport oleh Bolamania. Dikutip dari wikipedia, Batik Parang memiliki makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam filosofinya. Batik motif dari Jawa ini adalah batik motif dasar yang paling tua dan memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah.

Motif batik parang kembali terlihat di bagian samping jersey, kali ini disublimasi di kain mesh. Kain mesh ini sendiri lebih berfungsi untuk melancarkan sirkulasi udara jersey.
Kerahnya menggunakan model O-neck dengan sedikit variasi di bagian depannya. Nampak size label jersey tertera di bagian dalamnya.
Nah di bagian bawah atau umum disebut "tail shirt" terdapat julukan klub "Laskar Mataram". Model seperti ini mulai banyak digunakan oleh klub-klub Liga Indonesia. Tulisannya bisa berupa julukan klub, nama-nama legenda atau kata-kata penyemangat.
Brajamusti merupakan singkatan dari "Brayat Jogja Mataram Utama Sejati" dan merupakan aji-ajoan atau kesaktian dari Raden Gatotkaca anak dari Bima. Brajamusti merupakan suporter setia PSIM dan dalam setiap pertandingan PSIM selalu menyanyikan anthem "Aku Yakin Dengan Kamu" bersama-sama dengan pemain serta official PSIM baik sesaat sebelum tanding dan setelahnya. Anthem yang identik dengan singkata AYDK ini kemudian diabadikan di jersey PSIM sejak disponsori oleh Kelme dan berlanjut hingga musim ini. Hal ini sebagai bentuk apresiasi dan bukti bahwa suporter merupakan elemen penting dalam sebuah kesatuan terutama di sepak bola.
Tahun kelahiran klub (1929) disublimasi di bagian belakang jersey secara vertikal. Gaya seperti ini mengingatkan kita dengan jersey Persikad 1999 yang juga dirilis di awal musim ini.
Salah satu bagian favorit di jersey PSIM musim 2019 ini adalah Name & Numbersetnya (NNS). Motif batik parang tampak memenuhi bagian nomor punggungnya, senada dengan aksen putih lainnya di jersey.
Klub juga memudahkan para pembeli jersey dengan menyediakan ilustrasi nama dan nomor punggung pemainnya di awal musim ini. Terobosan yang cukup cantik dan harus diapresiasi. NNS List by: @psimjogja
Warna biru pada jersey ini merupakan hasil sublimasi pada kain drifit. Secara kenyamanan, tidak ada yang berbeda dengan jersey berbasis drifit lainnya untuk PSIM Jogja ini.
Bukti otentik dari jersey ini berupa woven dan terletak di pojok kiri bawah jersey. Tersemat tulisan "Warisane Simbah", yang memiliki makna cukup dalam. Sebagai julukan klub, "Warisane Simbah" ini berarti PSIM merupakan klub yang penuh sejarah, sebuah klub yang lahir dari proses yang luhur sehingga PSIM menjadi warisan yang harus dijaga dan dibesarkan dengan baik.

In summary, jersey yang dijual seharga 375ribu (exclude NNS) ini cukup oke. Kesan retronya dapet dan unsur-unsur lokalnya sangat pas menggambarkan PSIM sebagai klub kebanggaan masyarakat Jogja. Walaupun Spirit of 2005-nya gagal mewujudkan cita-cita PSIM untuk lolos ke Liga 1, paling tidak jersey ini menjadi salah satu bukti langkah awal klub menuju era profesional. Semoga review jersey home PSIM Jogja 2019 ini bermanfaat ya, jangan lupa untuk beli jersey originalnya.
Share:

0 comments:

Post a Comment

@ceritajersey 2020. Powered by Blogger.

Search The Jersey

Jersey Archive

Labels