Jersey sebenarnya tidak melulu soal seragam untuk sepak bola. Istilah awalnya berasal dari bahasa Inggris, "a close-fitting pullover shirt" yang bisa diartikan sebagai baju yang pas dengan badan, baju yang ketat di badan, kemeja yang pas di badan, yang mana identik dengan baju olahraga. Basket, rugby, softball, tenis, bulutangkis, dll dll semua memiliki jersey dengan kekhasannya masing-masing.
Tapi karena @ceritajersey hanya fokus ke sepak bola, kita bahas yang di bola sepak aja ya. :)))
Aturan mengenai pakaian yang seragam untuk satu tim bola pertama keluar di tahun 1891 oleh FA. Tiap klub karus mendaftarkan warna kaos atau seragam tanding mereka. Pada masa itu jersey bola masih berat karena berbahan wol dan berlengan panjang. Di akhir abad 18, baru terbit aturan mengenai seragam home away yang kemudian direvisi pada tahun 1921 dan bertahan hingga sekarang. Nah di abad 19, barulah bahan katun digunakan sebagai jersey. Seragam yang dikenakan menjadi lebih ringan walaupun memiliki potongan yang lebih rumit. Aturan mengenai nomor punggung juga sudah disahkan di tahun 1928
Seiring perkembangan zaman, secara bergantian masuklah apparel-apparel dalam mensupport jersey bola suatu klub. Lalu di tahun 1980-1990an mulai ada space bagi klub untuk memasang logo sponsor di jersey. Desain jersey juga mulai lebih variatif. Di tahun 2000an, jersey sudah mulai bermain dengan teknologi, baik dari pemilihan bahan, sistem drifit, laser cutting, dan lain-lainnya. Jersey juga menjadi salah satu pemasukan untuk klub dari sektor merchandise.
Sebuah jersey juga dapat menegaskan suatu kelas, status, citra diri, dan daya tarik si pemakai, sesuai pendapat Dick Hebdige mengenai signifikasi style. Style ini bisa dipakai juga sebagai sebuah media untuk menentang kemapanan, menyuarakan protes, dan menunjukkan identitas diri.
Di Indonesia, fashion statement ini mungkin belum terlalu terasa di era Perserikatan, Galatama, dan bahkan awal-awal Liga Indonesia. Seluruh jersey peserta kompetisi disediakan oleh penyelenggara turnamen dan hanya warna dan logo klub saja yang membedakan mereka. Identitas masing-masing klub terasa dari pemilihan warna-warnanya, seperti Persebaya dengan hijau, Persija dengan merah, Persib dengan biru, dan lainnya. Di tahun 1990an, tidak semua orang bisa memiliki jersey klub atau pemain idolanya yang bermain di Liga Indonesia. Wajar karena memang tidak dijual umum, dan karena itulah harganya bisa melambung tinggi di secondary market saat ini.
Masuk ke tahun 2000-an, permainan jersey di Liga Indonesia tidak lagi didominasi Adidas, Reebok, Nike, atau Diadora yang notabene apparel asing. Konveksi lokal seperti Vilour mulai banyak mensupport tim-tim Liga Indonesia. Jangan lupakan juga Bolamania yang juga mendukung klub-klub Jogja dan Jawa Tengah seperti PSIM dan Persis Solo. Fenomena motif batik di jersey pun muncul dari kreatifitas Bolamania ini untuk jersey PSIM. Dan tentu, salah satu apparel besar di Indonesia, Specs, juga mulai bekerjasama dengan banyak klub-klub besar di Indonesia. Specs juga terkenal dengan seri batiknya untuk klub-klub seperti PKT Bontang, PSM Makassar, PSMS Medan, dan yang paling diingat: Sriwijaya FC.
Style masing-masing klub, yang masih kental dengan semangat kedaerahannya ditegaskan melalui seragam tempur yang dikenakan para punggawanya. Siapa dari kita yang baru mengenal songket setelah motifnya tampil di jersey Sriwijaya FC? Secara tidak langsung, pada penikmat bola Indonesia juga jadi terpapar dengan kekayaan bangsa ini. Di era saat ini, dengan makin banyaknya apparel lokal yang bekerja sama dengan klub liga, makin memperbesar peluang bagi para "seniman" dan klub-klub untuk merepresentasikan identitas mereka dengan wadah yang lebih dikenal, lebih luwes, dan yang pasti: lebih terjangkau.
Reds dengan tema Trustdisionalnya adalah salah satu contoh apparel yang konsisten dalam memasukkan unsur budaya dalam jersey-jersey klub yang disponsorinya. Kita bisa melihatnya dalam jersey Persiba Bantul beberapa tahun belakangan, lalu Persig Gunung Kidul, dan terakhir ada Persikup Kulonprogo. Di lain sisi, apparel-apparel lokal juga makin meningkat kualitasnya dengan tetap mengusung tema yang sesuai dengan partner klubnya, seperti Riors dengan PSISnya, atau Specs dengan Persija. Tren self apparel seperti yang diusung Persebaya, Bali United, Borneo FC serta Persib Bandung juga tidak melupakan dua hal ini: kualitas & desain. Rasanya kita sebagai kolektor makin dimanja dengan hal-hal seperti ini, walaupun tetap ada yang harus diperbaiki di beberapa hal oleh apparel-apparel lokal terutama dalam hal kapasitas produksi dan QC produk akhir.
Yang pasti, masa ini jauuuh lebih baik dari 10 tahun lalu. Jaman jersey Persib - diadora masih dirilis terbatas (100 pcs) oleh PT. PBB. Jaman masih harus punya kontak orang dalam klub buat dapetin jersey resmi tim. Jaman harus blusukan kesana kemari untuk dapat jersey klub (cara ini masih dipakai, terutama untuk hunting jersey-jersey bersejarah yang memang waktu itu tidak dijual resmi, baik klub maupun timnas. Salut dengan para sesepuh!). Sekarang, buka IG, search nama klub, mayoritas sudah memiliki official store. Kita bisa beli online maupun offline di sana. Kalau klub belum punya store, bisa langsung hubungi apparel. Memang sih, tidak semua klub prepare ready stok untuk dijual (banyak yang masih sistem pre order), namun tentu hal ini harus diapresiasi.
Apresiasinya seperti apa? Ya jelas... jangan beli barang bajakan. Para pemain bola dan pekerja kreatif di apparel ini juga butuh dukungan nyata dari para stakeholder industri bola. Oke, mungkin untuk para pemain dapat gaji dari klub, klub dapat dana segar dari sponsor dan investor, tapi itu kalau klubnya punya sponsor. Kalau tidak? :)))
Pengeluaran klub juga bukan hanya gaji pemain, tapi operasional klub sehari-hari, persiapan pertandingan kandang, pembinaan akademi, bonus prestasi, dan masih banyak lagi. Merchandise dapat menjadi salah satu pemasukan bagi klub di samping sponsor, subsidi hak siar, dan tiket. Jadi, ya belilah barang original klub semampumu. Begitupun untuk jersey yang langsung dari apparel. Ada sekian persentase bagi hasil antara klub dengan apparel. Secara tidak langsung, pembelian jersey juga akan membantu klub disamping menghidupkan geliat perekonomian industri kreatif lokal Indonesia.
Nah, tentang jersey klub Liga Indonesia, @ceritajersey suka mengangkat masing-masing jersey tersebut karena kisah yang termuat dalam desain-desainnya. Ada yang menceritakan julukan klub, identitas daerah setempat, kenangan akan juara kompetisi, dan banyak lagi. Nah, apa pendapat kalian mengenai unsur lokal dalam desain jersey klub Liga Indonesia? Ceritakan juga dong tentang satu jersey favorit kalian. Tulis di kolom komentar di bawah ya. :)
Referensi tulisan sejarah jersey dunia & Indonesia serta sumber pemasukan klub:
1 | 2 | 3
Tapi karena @ceritajersey hanya fokus ke sepak bola, kita bahas yang di bola sepak aja ya. :)))
Aturan mengenai pakaian yang seragam untuk satu tim bola pertama keluar di tahun 1891 oleh FA. Tiap klub karus mendaftarkan warna kaos atau seragam tanding mereka. Pada masa itu jersey bola masih berat karena berbahan wol dan berlengan panjang. Di akhir abad 18, baru terbit aturan mengenai seragam home away yang kemudian direvisi pada tahun 1921 dan bertahan hingga sekarang. Nah di abad 19, barulah bahan katun digunakan sebagai jersey. Seragam yang dikenakan menjadi lebih ringan walaupun memiliki potongan yang lebih rumit. Aturan mengenai nomor punggung juga sudah disahkan di tahun 1928
Di Indonesia, fashion statement ini mungkin belum terlalu terasa di era Perserikatan, Galatama, dan bahkan awal-awal Liga Indonesia. Seluruh jersey peserta kompetisi disediakan oleh penyelenggara turnamen dan hanya warna dan logo klub saja yang membedakan mereka. Identitas masing-masing klub terasa dari pemilihan warna-warnanya, seperti Persebaya dengan hijau, Persija dengan merah, Persib dengan biru, dan lainnya. Di tahun 1990an, tidak semua orang bisa memiliki jersey klub atau pemain idolanya yang bermain di Liga Indonesia. Wajar karena memang tidak dijual umum, dan karena itulah harganya bisa melambung tinggi di secondary market saat ini.
Style masing-masing klub, yang masih kental dengan semangat kedaerahannya ditegaskan melalui seragam tempur yang dikenakan para punggawanya. Siapa dari kita yang baru mengenal songket setelah motifnya tampil di jersey Sriwijaya FC? Secara tidak langsung, pada penikmat bola Indonesia juga jadi terpapar dengan kekayaan bangsa ini. Di era saat ini, dengan makin banyaknya apparel lokal yang bekerja sama dengan klub liga, makin memperbesar peluang bagi para "seniman" dan klub-klub untuk merepresentasikan identitas mereka dengan wadah yang lebih dikenal, lebih luwes, dan yang pasti: lebih terjangkau.
Yang pasti, masa ini jauuuh lebih baik dari 10 tahun lalu. Jaman jersey Persib - diadora masih dirilis terbatas (100 pcs) oleh PT. PBB. Jaman masih harus punya kontak orang dalam klub buat dapetin jersey resmi tim. Jaman harus blusukan kesana kemari untuk dapat jersey klub (cara ini masih dipakai, terutama untuk hunting jersey-jersey bersejarah yang memang waktu itu tidak dijual resmi, baik klub maupun timnas. Salut dengan para sesepuh!). Sekarang, buka IG, search nama klub, mayoritas sudah memiliki official store. Kita bisa beli online maupun offline di sana. Kalau klub belum punya store, bisa langsung hubungi apparel. Memang sih, tidak semua klub prepare ready stok untuk dijual (banyak yang masih sistem pre order), namun tentu hal ini harus diapresiasi.
Apresiasinya seperti apa? Ya jelas... jangan beli barang bajakan. Para pemain bola dan pekerja kreatif di apparel ini juga butuh dukungan nyata dari para stakeholder industri bola. Oke, mungkin untuk para pemain dapat gaji dari klub, klub dapat dana segar dari sponsor dan investor, tapi itu kalau klubnya punya sponsor. Kalau tidak? :)))
Pengeluaran klub juga bukan hanya gaji pemain, tapi operasional klub sehari-hari, persiapan pertandingan kandang, pembinaan akademi, bonus prestasi, dan masih banyak lagi. Merchandise dapat menjadi salah satu pemasukan bagi klub di samping sponsor, subsidi hak siar, dan tiket. Jadi, ya belilah barang original klub semampumu. Begitupun untuk jersey yang langsung dari apparel. Ada sekian persentase bagi hasil antara klub dengan apparel. Secara tidak langsung, pembelian jersey juga akan membantu klub disamping menghidupkan geliat perekonomian industri kreatif lokal Indonesia.
Nah, tentang jersey klub Liga Indonesia, @ceritajersey suka mengangkat masing-masing jersey tersebut karena kisah yang termuat dalam desain-desainnya. Ada yang menceritakan julukan klub, identitas daerah setempat, kenangan akan juara kompetisi, dan banyak lagi. Nah, apa pendapat kalian mengenai unsur lokal dalam desain jersey klub Liga Indonesia? Ceritakan juga dong tentang satu jersey favorit kalian. Tulis di kolom komentar di bawah ya. :)
Referensi tulisan sejarah jersey dunia & Indonesia serta sumber pemasukan klub:
1 | 2 | 3