Bhayangkara FC merupakan salah satu tim paling konsisten di Liga Indonesia, at least selama 4 tahun terakhir. Sejak menggunakan nama Bhayangkara dan berkompetisi di ISC A 2016, terhitung dari 2017 klub ini tidak pernah menempati posisi akhir klasemen di luar 3 besar. Empat tahun lalu, Bhayangkara FC menjuarai Gojek Traveloka Liga 1 2017 dengan raihan 68 poin, unggul head to head dengan Bali Untied yang memiliki poin sama dari 34 pertandingan. Di manual Liga Indonesia 2017, jika ada dua tim atau lebih yang memiliki jumlah poin sama dari jumlah pertandingan yang sama, maka urutan klasemen ditentukan dengan cara sebagai berikut: 1. Poin head to head; 2. Selisih gol; 3. Jumlah gol yang dicetak; 4. Pengundian.
Klub yang saat itu berdomisili di Stadion Patriot, Bekasi ini menggunakan varian jersey yang unik: kuning, hijau, dan merah yang terinspirasi dari lampu lalu lintas. Mereka bekerja sama dengan Vilour, apparel asal Bandung untuk supply kebutuhan tim. Yuk langsung kita simak saja detail jersey utama mereka saat menjuarai Liga 1 2017.

Jersey home Bhayangkara FC 2017 dirilis bersamaan dengan launching skuad pada 10 April 2017 di Wisma Bhayangkari, Jakarta. Bhayangkara FC menggunakan warna kuning dengan corak api di lengan serta samping jersey yang disublimasi untuk varian jersey utamanya. Sebagai klub yang berafiliasi dengan Kepolisian RI, mereka juga memasang logo Rastra Sewakottama yang merupakan lambang Polri di bagian depan jersey. Jersey ini juga tampak elegan dengan pemasangan logo sponsor tunggal, BNI, yang nominal kontraknya dilansir mencapai 10 Miliar selama setahun. Pengumuman kerja sama sponsor ini diwakili oleh Pak Gede Widiade (yang saat itu menjadi sebagai COO klub) serta Direktur Kelembagaan BNI, Adi Sulistyowati. Hingga saat ini, BNI masih aktif menjadi sponsor klub yang berjuluk The Guardian ini.
Kapolri saat itu, Pak Tito Karnavian, sebenarnya hanya menargetkan posisi lima besar untuk Bhayangkara FC di Liga 1 2017 setelah sebelumnya menempati posisi 7 klasemen akhir Torabika Soccer Championship 2016. Namun dalam perjalanannya, Bhayangkara FC mampu melampaui ekspektasi banyak pihak setelah tampil menjadi juara di pekan ke-33 liga. The Guardian meraih 22 kemenangan dan dua seri dalam 34 pertandingan. Salah satu titik penting dalam perjalanan klub meraih gelar adalah kemenangan WO yang diraih dari Mitra Kukar. Walaupun sebelumnya pertandingan berakhir seri, kemenangan menjadi milik Bhayangkara FC setelah Komisi Disiplin PSSI menyatakan Mitra Kukar bersalah akibat menurunkan Mohamed Sissoko yang seharusnya absen karena akumulasi kartu. Hal ini menjadi penting karena di pekan terakhir liga, Bhayangkara FC kalah dari Persija Jakarta dan Bali United meraih kemenangan 3-0 atas Gresik United. Namun karena dalam dua pertandingan (home & away) sebelumnya Bali United mengalami kekalahan dari Bhayangkara, posisi puncak klasemen pun tetap ditempati The Guardian. Klub juga telah dipastikan mengunci gelar di pekan ke-33, setelah mengalahkan Madura United pada 8 November 2017.
 |
Crest Bhayangkara FC berupa bordir woven di jersey authentic |
Bhayangkara FC merupakan salah satu tim dengan perubahan nama terbanyak di Indonesia. Berawal dari Persebaya Surabaya yang beralih ke Liga Primer Indonesia dan berubah nama menjadi Persebaya 1927 (di bawah PT. Persebaya Indonesia), Wisnu Wardhana (di bawah PT. Mitra Muda Inti Berlian) memboyong Persikubar Kutai Barat ke Surabaya dan mengubah namanya menjadi Persebaya Surabaya untuk mewakili Surabaya di liga resmi PSSI. Untuk mengikuti turnamen Piala Presiden 2015, mereka mengubah namanya kembali dengan penambahan kata "United" di belakang nama tim. Setelah putusan bahwa hak paten logo & nama Persebaya ada di tangan PT. Persebaya Indonesia, klub mengubah namanya kembali menjadi Bonek FC di babak 8 besar Piala Presiden. Perubahan nama kembali dilakukan di turnamen Piala Jendral Sudirman 2015, dimana Bonek mengecam penggunaan namanya sebagai nama klub karena Bonek merupakan nama suporter. Setelah mengganti namanya menjadi Surabaya United, pada tanggal 12 April 2016 klub melakukan merger dengan PS Polri untuk mengikuti Piala Bhayangkara 2016 dan mengubah namanya (lagi) menjadi Bhayangkara FC. Nama inilah yang kemudian digunakan juga untuk mengikuti kompetisi ISC A 2016.
Saat mengikuti kompetisi Piala Menpora 2021 lalu, Bhayangkara FC berubah nama kembali menjadi Bhayangkara Solo FC dan berdomisili di Stadion Manahan, Solo. Namun di Liga 1 2021/2022 ini, kata "Solo" tampak dilepas oleh Bhayangkara FC dalam logo di jersey teranyarnya.
 |
Lambang Polri, Rastra Sewakottama |
Berbeda dengan logo klub yang berupa woven di jersey player issue, logo apparel, sponsor dan logo Polri di jersey tampak berupa sublimasi printing langsung di kain. Lambang yang ada di sisi kanan depan seperti foto di atas merupakan lambang Polri yang bernama "Rastra Sewakottama", yang artinya "Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa. Dikutip dari
website resmi Polri, sebutan tersebut adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954. Prinsip Polri yang sejalan dengan new modern police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram) diwujudkan dalam logo yang memiliki beberapa elemen seperti: perisai, yang bermaksa pelindung rakyat dan negara; pancaran obor, representasi dari penegasan tugas Polri; tangkai padi dan kapas yang menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil & makmur; serta 3 bintang yang bermakna pedoman hidup Polri (Tri Brata). Di samping warna kuning, lambang ini juga menggunakan warna hitam yang menandakan keabadian serta sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun, tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi & prima supaya dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.
 |
BNI menjadi sponsor tunggal di bagian depan jersey Bhayangkara FC 2017 |
BNI setia mensupport Bhayangkara FC sejak 2017 hingga 2021 ini, terlihat dari logonya yang selalu terpampang di bagian depan jersey. Enam kali mereka berganti apparel selama periode yang sama, logo BNI tetap berada di posisinya. Di tahun pertamanya (2017), kerjasama ini bernilai 10 Miliar rupiah. Logo sponsor di jersey ini berupa sublimasi.
 |
Necktape Vilour-Bhayangkara FC |
Vilour dipilih menjadi apparel tim oleh Pak Gede Widiade, yang menurut beliau kualitas Vilour sebagai apparel lokal tidak kalah dengan produk luar. Hal ini sekaligus menunjukkan upaya Bhayangkara FC untuk cinta dengan produk lokal. Dikutip dari
official website klub saat itu, punggawa klub yang juga pernah bermain di Persebaya (DU), Wahyu Subo Seto, menyatakan bahwa Vilour menggunakan bahan yang ringan & enak digunakan, sama seperti pengalamannya terdahulu. Pemain yang waktu itu masih berpangkat Bripda (Brigadir Polisi Dua) ini juga menambahkan jersey Bhayangkara FC 2017 tidak membuat gerah dan warnanya bagus.
 |
Motif api yang mem-bhara di jersey |
Hal paling mencolok dari jersey home Bhayangkara FC 2017 ini adalah corak api di bagian samping bawah serta lengannya. Mengingatkan kita dengan jersey timnas Jepang tahun 1998 dan mungkin Arema musim 2011. Apakah nyala api ini yang membakar motivasi klub sampai menjadi juara Liga 1 2017? Yang jelas, api memang menjadi salah satu elemen penting dalam logo Polri. Seperti yang dijelaskan di atas, pancaran obor memiliki makna penegasan tugas dari Kepolisian Republik Indonesia, di samping memberi penerangan juga untuk penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.
 |
Woven patch untuk Gojek Traveloka Liga 1 2017 |
Yang unik lagi dari jersey versi player issue Bhayangkara FC adalah woven patch Gojek Traveloka Liga 1. Mungkin cuma klub ini yang menggunakan patch dengan bahan tersebut di musim 2017, mengingat biasanya patch seperti ini berbahan polyflex. Temen-temen yang lebih tahu, silahkan komentar di bawah yaa.
 |
Nama & nomor punggung pemain disublimasi printing di jersey |
Evan Dimas Darmono merupakan pemain kelahiran Surabaya, 13 Maret 1995 dan mengawali karir juniornya di SSB Sasana Bhakti & Mitra Surabaya. Evan sempat bermain untuk Persebaya di musim 2010 hingga 2013 sebelum akhirnya tetap bergabung dengan klub bentukan PT. Mitra Muda Inti Berlian ini hingga 2017. Evan Dimas menggunakan nomor punggung 6 dalam di Liga 1 2017, musim dimana Bhayangkara FC menjadi juara. Sempat berpindah klub ke Selangor (2018), Barito Putera (2019), dan Persija (2020), Evan Dimas akhirnya kembali membela Bhayangkara FC di Liga 1 2021/2022 saat ini.
 |
Sisi bagian dalam jersey Bhayangkara FC 2017 |
Vilour merilis jersey ini dalam dua versi: authentic (player issue) dan replika. Meski bahan kain yang digunakan & teknik colouring untuk jerseynya sama (warna jersey dari sublimasi), beberapa perbedaan nampak di neck tape & material untuk logo klub, patch liga, dan sponsor MPM Honda.
 |
Black tab Vilour di jersey Bhayangkara FC 2017 |
Berbeda dengan tab keaslian produk yang biasanya dipasang di pojok kiri bawah di bagian depan jersey, Vilour justru menempatkan black tab productnya ini di bagian belakang bawah jersey. Meski umur kerjasama mereka cukup singkat, hanya setahun, jersey dari apparel Bandung ini akan dikenang karena menjadi salah satu elemen dalam pesta juara Bhayangkara FC di Liga 1 2017. Terlepas dari masa lalu klub ini, Bhayangkara FC konsisten dari tahun ke tahun menjadi kandidat kuat juara kompetisi. Menarik dinanti apakah prestasi yang sama bisa mereka ulangi di Liga 1 2021/2022 ini.
Mantap kaka
ReplyDeletethanks udah berkunjung, kokoo
Delete